Ancaman Kesehatan – Memasuki tahun 2020 ini, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan 10 ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai. Ancaman kesehatan yang ditetapkan oleh WHO beragam, mulai dari penyakit yang tahan terhadap obat-obatan, HIV, meningkatnya angka obesitas, penyakit yang disebabkan oleh polusi dan perubahan iklim, serta berbagai isu kemanusiaan.
Untuk menangkal ancaman-ancaman ini, WHO telah mencanangkan program strategi lima tahunan terbaru yang mereka sebut sebagai 13th General Programme of Work. Program ini akan berfokus pada target tiga miliar, memastikan 1 miliar lebih banyak orang mendapat manfaat dari akses kesehatan universal, 1 miliar lebih banyak orang terlindungi dari keadaan darurat kesehatan, dan 1 miliar lebih banyak orang menikmati kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Berikut ini rincian dari 10 ancaman kesehatan di tahun 2020versi WHO.
1. Polusi udara dan perubahan iklim
Sembilan dari 10 orang kini menghirup udara yang telah dikotori oleh polusi setiap harinya. Setelah masuk ke dalam tubuh, zat polutan akan merusak sistem pernapasan, sistem peredaran darah, merusak paru-paru, jantung, dan otak. Polusi udara ini, menurut WHO, telah menyebabkan kematian pada 7 juta orang setiap tahun karena kanker, stroke, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru. Sebanyak 90 persen kematian akibat polusi terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Penggunaan bahan bakar fosil tidak hanya menyebabkan polusi udara, tapi juga menyebabkan perubahan iklim yang membawa pengaruh pada kesehatan. Antara tahun 2030 hingga 2050, diperkirakan perubahan iklim akan menyebabkan penambahan 250.000 orang yang meninggal setiap tahunnya karena malnutrisi, malaria, diare, dan cuaca panas.
2. Penyakit tidak menular
Di Indonesia, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung terus meningkat setiap tahunnya. Tak hanya di Indonesia, penyakit tidak menular ternyata juga menjadi masalah global karena menyebabkan 70 persen kematian di seluruh dunia. Faktor risiko terbesar penyakit tidak menular ini berhubungan dengan gaya hidup, seperti konsumsi tembakau, kurang bergerak, konsumsi alkohol berlebihan, makanan tidak sehat, dan polusi udara. Faktor risiko ini juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental bahkan dimulai sejak usia 14 tahun.
3. Wabah influenza global
WHO memprediksi wabah influenza akan kembali terjadi pada tahun ini meskipun belum bisa diketahui seberapa serius ataupun kapan wabah tersebut akan terjadi. WHO melakukan pemantauan pada virus influenza dengan melibatkan 153 institusi di 114 negara.
4. Kondisi yang rentan masalah
Sebanyak 22 persen dari total populasi di seluruh dunia atau sebanyak 1,6 miliar orang saat ini tinggal di wilayah yang mengalami krisis yang berlarut-larut, baik itu krisis seperti kekeringan, kelaparan, konflik, maupun perpindahan penduduk. Dalam kondisi seperti ini, umumnya pelayanan kesehatan pun tidak memadai.
Kondisi rentan masalah ini terdapat di seluruh wilayah di dunia. Dalam kondisi seperti ini, berbagai target kunci dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ditetapkan oleh PBB jadi tidak terpenuhi.
WHO akan terus berusaha untuk memperkuat sistem kesehatan agar orang-orang yang berada dalam kondisi ini bisa mempersiapkan diri menghadapi wabah penyakit yang mungkin terjadi. Salah satu yang akan terus dilakukan WHO adalah dengan memberikan imunisasi global.
5. Resistensi terhadap obat-obatan
Banyak virus, parasit, bakteri, dan jamur yang menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik, antivirus, dan antimalaria sehingga kini berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai mikroba itu menjadi masalah.
Banyak penyakit yang sebelumnya bisa diatasi oleh obat-obatan yang ada kini menjadi begitu sulit diobati. Karena itu, bila tidak segera ditemukan obat-obatan yang ampuh untuk melawan penyebab penyakit tersebut, maka manusia bisa kembali ke masa-masa sebelum adanya antibiotik. Berbagai infeksi penyakit seperti pneumonia, TBC, gonore, dan salmonellosis akan sulit diobati.
6. Ebola dan patogen berbahaya lainnya
Ebola masih menjadi wabah di Republik Demokratik Kongo pada tahun 2018, bahkan wabah tersebut terjadi dua kali dan diderita oleh setidaknya satu juta orang. Wilayah dengan penderita ebola terbanyak di Kongo ini merupakan wilayah yang sedang dilanda konflik. Pada konferensi Preparedness for Public Health Emergencies yang diadakan Desember 2018, berbagai perwakilan dari bidang kesehatan publik, kesehatan hewan, transportasi, dan turisme telah membahas tantangan pencegahan wabah dan darurat kesehatan di wilayah urban agar tidak seperti di Kongo. Hasil dari konferensi tersebut, WHO diminta untuk mencanangkan 2019 sebagai tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi darurat kesehatan.
7. Pelayanan kesehatan primer yang lemah
Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan kesehatan pertama yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Idealnya, pelayanan kesehatan primer harus komprehensif, terjangkau, dan memberikan pelayanan kesehatan berbasis komunitas. Pelayanan kesehatan ini juga seharusnya dapat memberikan pelayanan pada sebagian besar kebutuhan kesehatan pasien. Hanya saja, masih banyak negara, terutama negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah, yang masih belum memenuhi pelayanan kesehatan primer tersebut. Oleh karena itu, WHO akan bekerja menjalin kemitraan untuk memperkuat pelayanan kesehatan primer di negara-negara yang membutuhkan.
8. Gerakan anti vaksin
Gerakan anti vaksin juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang akan muncul di tahun 2019. Pada 2018 lalu, gerakan anti vaksin telah membuat Eropa kembali diserang oleh campak.
Vaksin adalah cara paling murah dan mudah untuk menghindari penyakit. Vaksin saat ini dapat mencegah 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya dan diharapkan bisa mencegah terjadinya penyakit pada 1,5 juta orang lainnya lagi bila penerimaan terhadap vaksin di masyarakat bisa lebih baik.
9. Demam berdarahÂ
Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang dibawa oleh nyamuk dan bila terlambat ditangani bisa menyebabkan kematian. Sebanyak 20 persen penderita DBD parah meninggal dunia.
Diperkirakan, 40 persen orang di dunia terancam terkena DBD dan terjadi 390 juta infeksi DBD setiap tahunnya. WHO ingin menurunkan angka kematian akibat DBD di dunia hingga 50 persen pada 2020.
10. HIV
Upaya untuk mencari obat ataupun vaksin melawan HIV masih terus berjalan. Sejak awal kemunculan HIV, sudah ada 70 juta orang yang terkena infeksi virus ini dan 35 juta di antaranya meninggal dunia.
Saat ini, ada 37 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HIV. Kelompok dengan angka tertinggi peningkatan infeksi HIV ada pada kelompok wanita berusia 15 hingga 24 tahun.